Selasa, 26 November 2019

Teks Narasi


Tersedak Penghapus

Pertama-tama aku akan menanyakan ke kalian, apakah kalian pernah melihat seseorang tersedak penghapus? Karena aku pernah melihat temanku tersedak penghapus karena dia sedang tidak beruntung. Kejadian ini terjadi saat aku masih kelas 4 SD, saat itu kelasku sangat berisik karena tidak ada guru di kelas. Kondisi kelas sangat kacau, suara bisingnya terdengar hingga luar kelas, tetapi untukku ini biasa saja karena memang setiap hari selalu berisik. Mayoritas mereka sedang mengobrol dan bercanda, sedangkan saat itu aku sedang menggambar, dan terlihat pula beberapa murid lain yang juga sedang menggambar.
Di tengah suasana berisik itu, ada suatu hal biasa yang terjadi, temanku yang bernama Fahri dan Arma sedang berkelahi. Kenapa biasa? Karena mereka memang selalu bertengkar dan jika tidak bertengkar maka setiap orang malah akan heran. Arma mengusili Fahri dengan cara menyembunyikan pensilnya, lalu karena kesal Fahri mengejek Arma dengan sebutan “Pak Botak”. Pertengkaran itupun berakhir dengan kejar-kejaran antara mereka berdua. Karena aku mendukung Fahri, aku membantu Fahri dengan mencegat Arma, Arma yang kebingungan justru malah melemparkan penghapus yang ada di meja dekatnya ke arah Fahri sambil berkata, “Rasakan jurus mautku!” Fahri menghindari lemparannya, tetapi lemparan Arma tersebut malah mengarah ke Doni dan masuk ke tenggorokannya, Doni yang tersedak membuat seluruh kelas tertawa. Arma terlihat bangga dengan lemparannya. Karena saya merasa sedikit kasihan terhadap Doni, saya pun mendekatinya sambil menahan tawa dan berkata, “Doni, kamu tidak apa-apa?” Doni tidak bisa menjawabnya karena sedang tersedak. Setelah berpikir bagaimana cara mengeluarkan penghapus dari tenggorokan Doni, aku dan Adam  memberikan saran yang aneh kepadanya, “Pikirkan kotoran kucing saja, Don, supaya kamu muntah dan penghapusnya dapat keluar!”.
Akhirnya aku pun memutuskan untuk membawa Doni ke kamar mandi untuk memuntahkan penghapus dari tenggorokannya, entah bagaimana penghapus itu berhasil keluar, lalu Adam, Arma dan diriku mengantar Doni pulang ke rumahnya. Sesampainya di sana mereka menceritakan hal yang terjadi dan Arma dimarahi oleh Ayahnya Doni karena hal yang diperbuatnya. Di saat itu aku berpikir, untuk tidak bercanda terlalu berlebihan karena bisa saja mencelakakan orang lain. Setelah itu, Arma pun menyesali apa yang diperbuatnya, dan kami pun pulang. Aku tidak merasa kasihan kepada Arma karena itu memang salahnya, tetapi aku pun merasa menyesal karena telah mencegat Arma dan membuatnya melempar penghapus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar