Selasa, 26 November 2019

Teks Argumentasi


Batasi Jumlah Kendaraan Pribadi

Melonjaknya jumlah kendaraan pribadi membawa banyak dampak negatif di ibu kota. Menurut saya pemerintah seharusnya mulai membatasi jumlah kendaraan pribadi di ibu kota. Warga pun harus mulai sadar untuk tidak selalu bergantung pada kendaraan pribadi. Ada banyak cara untuk sampai ke tempat tujuan selain menggunakan kendaraan pribadi. Seperti menggunakan transportasi umum atau berjalan kaki apabila jarak yang ditempuh tidak jauh. Masih banyak orang yang malas menggunakan transportasi umum karena tidak mau berdesakan dan kurang nyaman. Padahal transportasi umum di negara maju seperti Jepang justru lebih berdesakan saat jam sibuk. Meskipun begitu, orang Jepang lebih memilih menggunakan transportasi umum dibanding kendaraan pribadi. Ada banyak dampak yang ditimbulkan dari melonjaknya jumlah kendaraan pribadi seperti kemacetan dan polusi udara.

Salah satu dampak yang ditimbulkan dari melonjaknya kendaraan pribadi adalah kemacetan. Ketika jumlah kendaraan pribadi sudah sangat banyak, tentu jalan raya sudah tidak dapat menampung kendaraan tersebut. Akhinya banyak pengendara yang memasuki trotoar yang meresahkan pejalan kaki dan memasuki jalur bus TransJakarta yang akhirnya penumpang bus TransJakarta juga terkena dampak kemacetan. Banyak pengendara yang ingin jalan raya diperlebar. Padahal, semakin lebar atau luas jalan raya maka semakin banyak yang menggunakan kendaraan pribadi. Tentu ini bukan solusi yang tepat. Di situs Forbes, Indonesia masuk urutan ke-7 sebagai negara dengan kondisi lalu lintas terburuk. Banyak orang yang lega karena Indonesia tidak ada di peringkat 3 besar di situs tersebut. Tapi apa kita akan menunggu Indonesia masuk ke peringkat tersebut? Tentu saja tidak, kan?

Dampak berikutnya dari melonjaknya kendaraan pribadi adalah polusi udara. Dari situs AirVisual pada bulan Agustus lalu, Jakarta sempat memasuki peringkat satu sebagai kota dengan polusi udara terburuk. Tentu ini berdampak buruk pada kesehatan. Banyak penyakit yang bisa ditimbulkan oleh polusi udara ini. Dalam situs National Geoghrapic disebutkan bahwa efek kesehatan jangka panjang dari polusi udara adalah penyakit jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan seperti emfisema. Polusi udara juga dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada saraf, otak, ginjal, hati, dan organ lain. Beberapa ilmuwan juga menduga polusi udara menyebabkan cacat lahir.
Dilansir dari situs medium.com, mengungkapkan seperti berikut:
“Terbukti saat ini Indonesia menjadi negara penghasil emisi karbon tertinggi keenam di dunia. Ranking keenam yang diterima Indonesia sebagai penghasil emisi karbon diantara negara-negara penghasil emisi (CO2) lainnya di dunia dirilis oleh World Resources Institute (WRI) di Washington DC. Dan bertambahlah “Prestasi” Indonesia di bidang kerusakan lingkungan. Menurut laporan WORLD RESOURCES INSTITUTE sebagaimana dilansir Daily Mail (3/10/2014), ranking Indonesia sebagai Negara penghasil emisi karbon (CO2) tertinggi dunia ini di bawah China, Amerika Serikat, Uni eropa, India, dan Rusia. Total emisi karbon yang dihasilkan Indonesia adalah 2,05 miliar ton.” (Arifin, Zainul. https://medium.com/planologi-2015/dampak-pembludakan-jumlah-kendaraan-di-berbagai-wilayah-industri-di-indonesia-55338eeec98e, 21 Agustus 2016).
Sudah terbukti sekali kalau polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan itu sangat berbahaya.

Dari situs KOMPAS.com menyebutkan mengapa warga lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibanding transportasi umum, yaitu karena sumpek dan berdesakan. Padahal menurut saya, transportasi umum yang sumpek dan berdesakan itu wajar, berarti masih banyak warga yang masih ingin menggunakan transportasi umum. Coba bayangkan transportasi umum sepi saat jam sibuk, artinya minat warga terhadap transportasi umum sangat kurang dan berkesan tidak laku. Seperti yang saya sebutkan di awal tulisan ini, transportasi umum negara maju seperti Jepang justru sangat berdesakan di jam sibuk.

Tiap orang pasti ingin ligkungan di sekitarnya bersih, maka dari itu mari kita kurangi pengunaan kendaraan pribadi agar dampak negatif yang telah disebutkan diatas seperti kemacetan dan polusi udara segera hilang. Ayo mulai dari diri kita, kita jaga dan rawat planet ini agar tetap layak untuk dihuni.



Daftar Rujukan

McCarthy, Nial. The World's Worst Cities For Traffic Congestion [Infographic]. Diakses pada 12 November 2019 melalui https://www.forbes.com/sites/niallmccarthy/2019/06/05/the-worlds-worst-cities-for-traffic-congestion-infographic/#620fea5d12bc.

Evn. Sabtu Pagi, Polusi Udara Jakarta Terburuk di Dunia. Diakses pada 12 November 2019 melalui https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190810092804-199-420056/sabtu-pagi-polusi-udara-jakarta-terburuk-di-dunia.

Nationalgeoghraphic.org, “air pollution”, 4 April 2011, < https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/air-pollution/> [diakses 12 November 2019].

Arifin, Zainul. Dampak Pembludakan Jumlah kendaraan di Berbagai Wilayah & Industri di Indonesia. Diakses pada 12 November 2019 melalui https://medium.com/planologi-2015/dampak-pembludakan-jumlah-kendaraan-di-berbagai-wilayah-industri-di-indonesia-55338eeec98e.

Marchelin Tamaela, Tara. Alasan Warga yang Tetap Memilih Naik Kendaraan Pribadi di Jakarta. Diakses pada 19 November 2019 melalui https://megapolitan.kompas.com/read/2015/01/09/14180471/Alasan.Warga.yang.Tetap.Memilih.Naik.Kendaraan.Pribadi.di.Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar